RAHASIA HATI

 Aku Ini Perempuan Normal 

1

Aku ini perempuan normal, bukan penyuka sesama jenis. 

Mereka tak tahu atau mungkin tak pernah membayangkan bahwa terkadang dibalik pintu kamar atau dalam temaram cahaya lampu dikamar tidurku, benakku sibuk mengais kenangan lama sambil memandang gambar usang dalam album foto tua yang selalu rapi kusimpan didalam kotak kayu berwarna hitam berbentuk persegi empat itu.

Aku dan rahasia hatiku yang hanya kuijinkan menggangguku saat tak satupun orang disekitarku. Cinta yang kusimpan dan kunikmati dalam diam tanpa sekalipun berusaha kuraih meskipun berjarak tak seberapa dariku. 

Aku menikmati mencintaimu dalam diam panjang ini dan aku tak keberatan terus menikmatinya asalkan kau tak menjauh dari pandanganku.

Sudah bertahun-tahun rasa ini kupendam.

Aku yakin bahkan kaupun tak tahu betapa hatiku ini selalu bergetar senang kala melihat wajah lusuhmu, atau bahkan mencium bau maskulin keringat bercampur bau parfum kesukaanmu, AXE. 

“Ada banyak parfum lain yang lebih harum dan lebih berkelas, mengapa kau terlalu setia dengan parfum AXE milikmu yang tak pernah kau ganti dengan yang lain sejak lama?”, tanyaku suatu ketika.

“Pertama kali aku menonton iklan parfum ini, aku langsung jatuh cinta dengan kata-katanya dan sepertinya pengiklan parfum ini berhasil menyihirku dengan iklan itu. Buktinya, aku masih setia memakai produk ini walaupun ada banyak pilihan lain”, jelas James panjang lebar.

“Kata-kata apa?”,  kejarku dengan penasaran.

“‘Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda!’, jelasmu dengan pandangan geli menatapku yang menunggu penjelasannya dengan wajah penasaran.

“Akh,, apa istimewahnya kata-kata itu?”, kataku dengan santai sambil mengamati James yang sedang merapikan kemeja biru kotak-kotaknya.

“Aku takkan pernah ingin menggantinya dengan parfum lainnya karena kenangan terbaikku yang paling berharga ada hubungannya dengan parfum ini. Memakai parfum ini selalu membawaku kembali pada saat indah tersebut. Ada satu rahasia yang tak pernah berhasil kupecahkan, namun aku yakin suatu saat kebenaran akan terkuak”, kata James sambil sibuk menyalakan laptop Toshiba miliknya.

Siang itu, suasana sekertariat lenggang, tak seperti biasanya.

Hanya kita berdua disana, masing-masing sibuk membuat berbagai materi untuk persiapan Pendidikan Politik bagi para calon kader organisasi yang baru. Semua ateri-materi Pendidikan yang sedang kami dua susun  ini akan dikirim ke tingkatan kota serta untuk jadi bahan disikusi ditingkatan dibasis sebelum dibahas dalam Pendidikan Politik (Dikpol) yang akan segera dilaksanakan.

Aku berdiri dan menuju ke dapur untuk membuat segelas kopi hitam saat kantuk menyerang siang itu. Sambil menunggu air panas, aku menyalakan radio dari handphone androidku yang terletak diatas meja untuk mendengarkan lagu dari sebuah stasiun radio local baru yang selalu menyiarkan banyak lagu Pop Barat lagu dari daerah Pasifik, dan juga lagu Daerah Papua. 

Segelas kopi hitam sudah jadi dan sedang kubawa dengan hati-hati dari dapur kearah tempat yang sedari tadi kududuki saat tembang berjudul Someone Loves You Honay yang ditembangkan oleh June Lodge memecah kebisuan didalam ruangan tersebut.

Tiba-tiba aku berdiri mematung dan memandang handphone milikku, dengan pandangan tak percaya akhirnya aku mendengar lagu ini. Saat itu aku tak memperhatikan James, yang juga tiba-tiba secara refleks menghentikan aktivitasnya dan mengamatiku.

Aku terlalu sibuk ikut mendendangkan lagu tersebut dalam hati sambil sambil menatap dikejauhan dari jendela kecil diruangan itu, sementara benakku sibuk menggali kenangan-kenangan lama sehubungan dengan lagu itu. 

…I wanna share your life

Every minute, every day and night

And I want you to know

That whatever you do and wherever you go, remember

Someone loves you, honey

No matter what, just be my guy

Someone loves you, honey

More than anything in the world

……………………………………. 

Akh, seperti baru kemarin terjadi ingatan tentang bagaimana aku berlatih keras menghafal lagu ini dan nekat berlatih dengan kelompok band reggae dikota studi dimana aku kuliah dulu hanya demi mengungkapkan apa yang kurasakan pada orang yang sudah lama kutaksir. Aku berharap ia memahami pesan hatiku, karena lagu ini untuknya.

Sambil berharap agar semesta berpihak padaku dan rasaku dan menggerakan kekuatan alam raya untuk menyampaikan pasan hatiku bahwa aku begitu menginginkannya.

Aku mengajaknya menonton pentas music tersebut, dan berusaha mengundangnya dengan ekspresi sedatar mungkin agar gemuruh hatiku tak terbaca dimataku.

Dia menyetujuinya.

Keesokan harinya, aku sudah tak bisa berkonsentrasi makan atau melakukan apapun karena aku begitu tenggelam dalam pikiran, ‘ápakah nanti dia akan menerima pesan hatiku dalam lagu itu atau tidak’. Segala bentuk persiapan dan sound check yang dilakukan membuatku melupakannya sejenak, dan kemudian berusaha mencari bayangannya diantara kerumunan orang yang datang untuk menikmati pentas music reggae petang itu.

Aku tak menemukan bayangan wajahnya diantara wajah-wajah yang kukenali. Entah dimana dia.

Akh…mungkin dia tak bisa datang karena suatu kesibukan”, pikirku dengan tubuh lunglai. 

Aku pasti tak punya kesempatan lainnya lagi. 

Sebenarnya, harus malam ini rasa ini ku ungkapkan padanya karena terlalu berat kupikul setiap hari selama 4 tahun ini. Namun apalah daya, mungkin  kesempatan untuk menyampaikan pada yang bersangkutan takkan pernah datang menghampiriku.

Waktu tak berpihak padaku dan pada hatiku.

Membayangkan bahwa ungkin saja aku takkan pernah mampu mengumpulkan keberanian seperti saat ini lagi membuatku kalut.

Akh sudahlah, biarlah rasa ini kurawat dalam diam, mungkin saja alam raya memberikankku kesempatan lainnya. 

Sejak itu, kuputuskan menutup rapat semua jejak rasa itu dan menyimpannya didalam kotak pandora hatiku.

Agar tak boleh ada yang membaca jejak-jejak cinta dimataku atau ditiap bahasa tubuhku.

Sejak itulah, semua orang mengenalku sebagai gadis dingin dan cuek.

Yah, mereka semua tak terkecuali.

Aku senang mengetahui bahwa aku telah berhasil mengelabui para sahabatku dengan rahasia kecil yang ku simpan rapat dan tak pernah ku ijinkan untuk diketahui siapapun. Mereka semua sudah mendengar apa yang ku katakan pada mereka bahwa aku adalah  perempuan kuat, yang tak butuh cinta karena ia tak ingin jadi cengeng atau terlihat lemah dihadapan mahluk bernama laki-laki.

Suatu kali secara bercanda, James memberitahukan pada sekawanan kawan-kawan perempuan yang muncul di sekertariat organisasi dimana kami semua biasanya menghabiskan waktu berdiskusi, belajar bersama ataupun menulis tentang realita disekitar kita. Aku mendengarnya menjelaskan tentang siapa aku kepada sekelompok gadis-gadis baru yang merupakan calon dari kader-kader organisasi kami. 

“Ini kawan Lista, kalau mau diskusi dengan dia jangan coba-coba diskusi atau curhat tentang cinta karena dia tak terbiasa dengan topik tersebut. Kakak kalian yang satu ini, beda dari perempuan lain. Matanya akan berbinar penuh semangat saat kau memintanya bicara seputar masalah kapitalisme, marginalisasi, dan teologi Pembebasan Enriqo Gutteres atau teori-teori Materialisme -Dialektika-Historisnya nya Karl Marx, atau berdiskusi tentang bagaimana mengorganisir kekuatan rakyat bagi Pembebasan Papua, dan bagaimana berkoalisi dalam memperkuat kerja-kerja organisasi Perjuangan Papua”, kata James panjang lebar sambil menatapku.

Aku hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum simpul kepada mereka dan meneruskan aktivitas mengetik yang sedang asyik kulakukan. 

Aku cukup kaget karena tak pernah sekalipun aku mendengarnya menjelaskan seperti apa aku dimatanya pada orang lain.

Itu hal yang baru, dan aku tak menyangkanya.

 Ya, tiap orang boleh beropini tentang diriku.

Aku tak peduli dan tak merasa harus memuaskan rasa ingin tahu mereka dengan menjelaskan siapa diriku pada mereka.

Untuk apa? Toh, informasi tersebut tak memberi dampak apapun bagiku ataupun mereka yang mendengarkan kisahku. 

Urusan pribadiku adalah ranah pribadi yang tak ingin kubagi dengan siapapun.

Sedekat apapun aku dengan seseorang, mereka takkan tahu apabila aku menyukai atau memiliki perasaan suka yang mendalam dengan salah satu lawan jenisku. Sudah bertahun-tahun aku mengajari diriku untuk melatih mataku agar tak menyibak rahasia hatiku. Katanya mata bisa menghianati kita dan menceritakan rahasia hati kita, dan itu pesan tanpa kata yang justru sangat kuat menyampaikan pesan. Mungkin itulah sebabnya, terkadang aku sering mengalihkan pandanganku kekejauhan saat merasa bahwa rahasia hatiku bisa tersibak. Apalagi ketika berhadapan dengan sang pemilik hatiku yang mungkin tak pernah tahu tentang rasa hatiku ini padanya.

-------------------

2

James berdiri tak jauh dari lokasi konser music reggae tersebut, namun tersembunyi di bawah bayang bus besar yang terparkir disana. Matanya lurus kedepan memandang Lista, sahabatnya dan orang terpenting yang tak pernah bisa ia beritahukan rasa hatinya padanya.

Perempuan pintar satu ini sudah mencuri hatinya sejak perjumpaan pertama mereka. Hanya dia, satu-satunya yang bisa mencuri hatiku tanpa melakukan apapun.

“Jenis mahluk cantik langkah”, pikir James saat perjumpaan awal.

Mereka adalah kawan, atau kamerad dan hubungan mereka begitu datar dan biasa tanpa riak-riak rasa cinta. Masing-masing menjaga riak-riak rasa dalam hatinya begitu rapat dan berpura-pura cuek. 

Tak saling tahu bahwa rasa yang sama sedang bermekaran dimasing-masing hati mereka. Terkadang masing-masing dari mereka merasa gerah karena rasa yang begitu kuat, yang sulit dijelaskan menyeruak dalam hati mereka dan mengubah atmosfer udara disekitar dimana mereka berdua berada. Akibatnya, terkadang salah satu dari mereka harus keluar dari ruangan sekedar untuk menghirup oksigen untuk menenangkan dentaman-dentaman jantung yang bertalu-talu. 

Menikmati rasa cinta yang terkadang melumpuhkan logika itu dengan berpura-pura cuek.

Satu hal yang kadang mereka lakukan secara serempak tanpa dikomando adalah sebisa mungkin menghindari kontak mata dalam waktu lama. Mereka takut mata mereka masing-masing menguak segala pijar cinta yang membara didalam relung hati mereka.

Sampai suatu kali salah satu teman yang paling pendiam bernama Ronny datang mendekatinya suatu siang, sehari sebelum konser music reggae yang akan ia nonton dengan Lista. Ronny duduk disebelahnya, sambil menawarinya sebatang rokok Sampoerna menthol dan kemudian memilih duduk disampingnya namun diam dan tenggelam dalam pemikirannya sendiri. 

“Sista Lista sangat menyukai kakak, apakah kakak tahu itu?” tanya Ronny tiba-tiba pada James.

“Akh, sembarang saja! Apa yang membuatmu berasumsi seperti itu? Kata James mulai jengah.

“Aku mengamati kalian, kakak juga sangat suka padanya”, pungkas Ronny sambil tersenyum kecil menatap James.

“Mengapa kamu bisa berasumsi seperti itu”, elak James dengan tatapan ingin tahu.

“Tubuh kalian banyak bercerita hal-hal yang ingin kalian simpan dan kubur dalam-dalam agar tak diketahui oleh orang lain. Kalian seperti buku yang terbuka namun sulit dibaca karena bagitu pandainya kalian bersandiwara mengubur setiap gejolak yang kalian rasakan”, jelas Ronny panjang lebar.

Dari situlah James tahu bahwa rasa yang ia miliki pada gadis itu tak bertepuk sebelah tangan. Hatinya begitu berbunga-bunga, namun saat bertemu dengan Lista dan melihat tatapan matanya yang serius maupun sikapnya yang biasa dan datar-datar saja, akhirnya keraguan itu muncul menggoyahkan keyakinannya kembali.

James sudah tak yakin lagi. 

------------------------------------

3

Namun suatu ketika, ada suatu acara syukuran wisuda mahasiswa yang diakhiri dengan acara dansa dan semua kawan memutuskan hadir untuk bersantai dari rutinitas organisasi.

Entah mengapa, hari itulah untuk pertama kalinya James memakai parfum AXE dan berpakaian sangat rapi. Tentunya, berharap bisa mengajak seorang gadis untuk berdansa nanti. 

Acara ibadah sudah selesai dan kemudian dilanjutkan dengan acara makan Bersama. 

Namun sebenarnya yang paling ditunggu dari acara syukuran itu adalah acara dansa dengan motto “Datang Bersama Angin Malam dan Pulang Bersama embun pagi”. Banyak genre music seperti reggae, slow, dangdut, lagu yospan maupun lagu disko yang dimainkan yang mengundang setiap orang untuk menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama music.

Ini bagian dari refreshing yang melegakan tubuh dan juga pikiran. 

Semua orang larut dalam kemeriahan.

Saat itu James sedang duduk bersisian dengan Lista, dan larut dalam diskusi serius lainnya seperti biasa. 

Tiba-tiba suara Lionel Richie dengan tembang Stuck On You membahana membelah malam yang makin larut, dan refleks saja James meraih jemari Lista dan mengajaknya memasuki ruang dansa. 

Tak ada pasangan dansa lain disana, hanya mereka berdua.

Lampu sorot berwarna ultra ungu membuat udara semakin terasa dingin menusuk. 

Pantulan cahaya sinar lampu ultra ungu, dikombinasikan dengan alunan lagu sendu plus udara pagi yang makin dingin membuat James menarik tubuh Lista merapat ke tubuhnya. 

Rapat dan tak menyisahkan celah.

James berusaha menahan napas, menikmati alunan lagu sambil ikut menggumamkan syair lagu menatap Lista sambil tersenyum. Saat itu jantung Lista berhenti berdetak sejenak, karena rasa yang selama ini berusaha ditahannya mati-matian menyeruak kuat dan membuat kakinya limbung.

“akh James, aku cinta padamu. Tapi mengapa hatiku memilihmu? Akupun tak tahu. Logikaku tak bisa menjelaskan rasa ini, batin Lista.

“Aku suka sekali bau parfummu ini, cocok sekalli dengan jiwamu”, kata Lista pada James.

Waktu membeku bagi mereka berdua.

Tak ada satu suara lainnya yang mereka dengar, karena kesadaran akan kehadiran satu sama lain, dan bahkan sentuhan serta tatapan mesra itu begitu terasa memabukkan.

Kesadaran menyentak ketika tiba-tiba lampu ruangan dinyalakan seperti biasa agar semua orang bisa makan ataupun minum dan akan dilanjutkan kemudian.

Kedua muda mudi itu bingung.

“apa yang terjadi tadi didalam ruang dansa tadi?” pikir keduanya secara bersamaan.

Berusaha keras bersikap sewajarnya namun terlihat kikuk.

Tak ada yang berusaha mendiskusikannya setelahnya.

------------------------------------------------------

4

Sudah 8 tahun kejadian itu berlalu dan mereka masing-masing sudah kembali ke tanah air.

Mereka masih melakukan hal yang sama, tetap konsisten membangun basis pergerakan di Papua, dan mendidik banyak aktivis-aktivis muda di Papua. Keduanya sudah bekerja sesuai dengan dengan keahlian masing-masing namun kegiatan organisasi tetap menjadi prioritas utama karena mereka semua telah bersumpah melakukan hal tersebut. Rasa itu masih sama, tak pernah berubah namun keduanya sudah sangat ahli dalam menyembunyikannya. 

Mungkin kedekatan keduanya membuat rasa nyaman itu mengakar kuat sehingga mematikan percikan-percikan rasa cinta itu.

Kini, rasa cinta itu lebih kuat dan lebih matang dibandingkan waktu lalu, sayangnya masih tetap tertutup rapat didalam bilik hati belaka.

Mereka tak pernah sadar bahwa mereka itu seperti pasangan pecinta, saat sedang berdiskusi berdua. Tatapan mereka adalah tatapan yang saling memeluk dan tak ingin ada ruang atau bahkan celah yang tersisa bagi orang lain.

Entah, kapan penantian ini berakhir? Bagaimana kita menyudahi sandiwara hati yang sudah menyiksa batin sedemikian lama ini? 

-----------------

5

Bagi Lista, menjadi Perempuan yang terus konsisten berada dalam barisan perjungan pembebasan sangatlah penting. Ia ingin menunjukkan kepada semua kawan-kawan laki-laki bahwa bukan motivasi untuk mendapatkan pacar atau pasangan yang membawanya masuk dalam organisasi pergerakan. Cinta pada kehidupan dan rasa rasa marah mengetahui penggelapan sejarah bangsanya, Papua, yang membawanya masuk dalam gelanggang yang banyak didominasi oleh kaum Adam ini. 

Kita bisa menjadi kawan seperjuangan yang setara tanpa harus membumbui dengan romantika ataupun kenikmatan raga yang bersifat sementara dan kemudian saling meninggalkan saat hati kita tak mampu setia.  

Bagaimana memperjuangan pembebasan dengan jiwa yang sakit dan luka dengan rasa yang babak belur karena hati yang retak akibat cinta romatisme itu.

Cintamu takkan utuh, ada rasa sakit yang sudah mengubahmu menjadi manusia tak berperasaan dengan dendam karena rasamu adalah kisah gayung tak bersambut. 

Tanah air yang kau panggil Mama, menunggu cinta yang utuh, yaitu suatu cinta tak bersyarat dan bukan remah-remah perhatian

Bukan cinta yang sudah jadi ampas, hanya sisa-sisa cinta.

Perjuangan ini milik kita bersama, laki-laki dan perempuan, karena kita sama-sama merasakaan rantai dan belenggu kolonialisme Indonesia.Jika ada Perempuan yang dengan kesadaran nurani terlibat dalam kerja-kerja pembebasan, maka tak boleh ada pelecehan ataupun pengingkaran hak-haknya dengan menempatkannya hanya sebagai ‘penghias’ dalam organisasi. 

Perempuan, keluarlah dan tinggalkan organisasi yang hanya menjadikanmu  sebagai penghias, atau pasukan ‘tukang masak’ dan tempat pelampiasan nafsu belaka.

Akh…..masih banyak yang harus diperbaiki, dan Lista masih tetap memilih berbagi pemikirannya sambil tetap menjaga pijar-pijar cinta miliknya dalam diam.

____________________

6

JAMES

Aku menyukai dan mencintai Lista karena pemikirannya. 

Sudah kudengar banyak kawan-kawan lama kami yang mengungkapkan perasaannya suka padanya, namun entahlah mereka selalu mendapatkan penolakan halus. 

Dia memang beda dan aku mencintainya karena pemikirannya dan isi kepalanya itu.

Dalam diskusi-diskusi ringan yang terkadang kami lakukan, aku menyadari bahwa Lista sebenarnya ingin mengajarkan beberapa nilai tentang konsistensi dan keterlibatan perempuan dalam Gerakan Pembebasan Nasional Papua. Bagaimana tetap bertahan dan eksis dalam barisan kerja-kerja pembebasan ketika Perempuan dianggap sebagai kaum yang tak pernah bisa konsisten, dan cenderung menjadi aktivis hanya sesaat yaitu saat menjadi mahasiswa belaka. 

Apalagi banyak aktivis Perempuan yang dulunya militant, langsung menghilang dan menghapus memori aktivisme mereka saat mengenal mahluk bernama laki-laki yang terkadang melarang mereka untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan yang banyak didominasi oleh laki-laki.

Penjajahan yang berurat akar dalam kehidupan di Papua merasuk dalam semua sendi kehidupan dan mempengaruhi pola pikir dan juga hubungan cinta kita. Bisa dilihat dalam relasi hubungan asmara dimana laki-laki akan melarang sang Perempuan karena pemikiran bahwa organisasi akan membuat perempuan menjadi kritis, dan tak bisa tunduk, tak bisa diperintah dan mustahil diperbudak.

Sebenarnya laki-laki hanya merasa terancam jika perempuan lebih baik darinya.

Dari diskusi yang pernah kulakukan dengannya, Lista mengatakan bahwa ia benci pada para laki-laki aktivis organisasi Pergerakan yang senang tebar pesona dan menyebabkan deretan perempuan sakit hati yang kemudian meninggalkan organisasi akibat rasa kecewa karena merasa dipermainkan. Menurut Lista, keadaann tersebut berbahaya dan akan mempengaruhi konsolidasi pergerakan kaum Perempuan dimasa mendatang.

Ini suatu momok dan penyakit yang harus ditangani, didiskusikan dan diperbaiki karena perjuangan panjang membebaskan negeri membutuhkan pemikiran laki-laki yang dominan dengan logika namun juga butuh sentuman feminitas dengan sisi keibuan yang senantiasa memelihara kehidupan. Perspektif yang berbeda namun memiliki kekuatan dahsyat bila di gabungkan untuk memncari suatu bentuk terbaik model perjuangan dimana Perempuan dan laki-laki sama-sama mengambil beban dan tugas setara dalam Gerak Pembebasan Nasional.

Akh…renungan ini terlalu panjang.

Akupun tak pernah melayani atau mengijinkan diriku menerima dan menyambar tawaran cinta yang seringkali datang padaku. Tak susah bagiku mendapatkan perempuan, dan menjadikan mereka sebagai pemuas nafsuku, karena tak peru memintapun banyak perempuan yang langsung mendatangiku dan mengatakan padaku bahwa mereka rela dijadikan teman tidur belaka. 

Banyak pesan-pesan yang sering masuk dalam handphone dari para perempuan pengagum yang rela melakukan apa saja untukku. Itulah sebabnya aku tak heran melihat ada beberapa kawanku yang menikmati keadaan-keadaan tersebut.

Seperti halnya Lista, akupun ingin menunjukkan bahwa sebagai seorang lai-laki aku  yang meskipun banyak dikagumi kaum peremmpuan namun tak menjadi brengsek dan menjadikan Perempuan sebagai pemuas nafsu belaka.

Aku sadar, jalanan sunyi ini pasti akan terasa lebih sunyi lagi apabila tak ada keindahan bernama Perempuan menemani langkahku meneriakkan yel-yel perlawanan dijalan-jalan dan pelosok-pelosok negeriku. Tak ingin kupetik kembang-kembang itu dan menghisap madunya kemudian meninggalkannya tak terurus. 

Aku ingin menggandeng tangannya, dan berjalan disisinya melawan tirani dan berjuang bersamanya memutuskan rantai penindasan yang membelengguku dan dirinya. Itu sebabnya aku tak pernah merasa sendiri, karena Lista selalu ada disisiku.

Ia tak pernah tahu isi hatiku namun keberadaannya saja sudah cukup menguatkan langkahku menerjang badai kehidupan ini. 

Semoga suatu saat nanti aku memiliki keberanian menatap matanya dan memintanya terus menemaniku dan tak melepaskan tanganku.

Kita usir para tamu tak diundang yang rajin membawa duka nestapa bagi anak-anak negeriku dan membuat Mamaku menangis karena susunya terus diisap dengan rakus, dan alamnya dirusak seenaknya tu.

------------------------------------