Renungan Awal Pencarian Akar Identitas Perempuan Papua ditengah Gempuran Kolonialisme dan Modernitas (1)


Ket gambar: Noken (Warisan Budaya & Kearifan Lokal Papua)

Prof. Kimberle Crenshaw

Jaman telah berubah, dan modernitas adalah suatu kenyataan yang mau tidak mau harus direngkuh, suka maupun tidak suka. Konsekuensi logis dari perubahan tersebut, adalah berubahnya pola relasi dalam masyarakat kita, dimana hubungan antar individu, keluarga, maupun dalam hubungan yang lebih luas misalnya komunitas ikut berubah.

 Ketika berbicara tentang modernitas, kita berbicara tentang realitas dan narasi-narasi Perempuan di Papua yang merupakan salah satu komponen dalam masyarakat diatas tanah Papua dan juga bagian dari peradaban dunia. Kita sedang merengkuh modernitas beserta segala kemegahan peradaban moderen, dimana segala media baik cetak maupun elektronik membombardir kita dengan berbagai bentuk narasi Perempuan yang berlomba-lomba menyematkan berbagai identitas kepada kita. Akibatnya, kita memiliki berbagai identitas sesuai dengan konteks yang bisa kita pertukarkan kapanpun kita inginkan.

Perubahan jaman akibat perkembangan teknologi informasi yang cepat turut mendorong kita, sebagai Perempuan Papua untuk beradaptasi dengan segala perubahan tersebut. Terkadang kita diperhadapkan pada pilihan mengikuti perkembangan jaman, dan terus menerus mengupdate segala perkembangan jaman demi menjadi gaul dan tak ketinggalan jaman, atau berjuang menggali kearifan nilai-nilai dalam budaya kita sendiri demi mereknstruksi identitas kita sebagai Perempuan Papua.
Pengalaman sejarah peradaban bangsa kita, menurut penelitian-penelitian Antropologi budaya ataupun penelitian Antropologi sehubungan dengan sistem Pertanian mengindikasikan bahwa peradaban kita termasuk suatu peradaban setua bangsa-bangsa lain didunia, hanya saja baru belakangan kita berinteraksi dengan dunia luar. Itu sebabnya menggali akar-akar budaya, terutama yang berhubungan dengan dunia Perempuan menjadi suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan agar kita bisa mengenali, merekam serta melakukan usaha-usaha untuk melestarikan warisan identitas budaya kita sebagai Perempuan Papua, dan juga suatu bagian dari kawasan yang lebih besar yang memiliki corak budaya yang sama dengan kita, yaitu budaya sesama Wantok kita di Melanesia.
Tak bisa dipungkiri bahwa kehancuran identitas budaya akibat interaksi kita dengan orang luar yang menganggap segala pola hidup kita dulu, tidak bersih, kotor, kumal, bodoh, terbelakang, manusia jaman batu, maupun tidak moderen atau tidak sesuai dengan standard kecantikan atau kesopanan sesuai budaya bangsa mereka. Akibatnya kemudian adalah mereka memaksa kita masuk dalam kotak-kotak sesuai dengan label, maupun selera dan perspektif mereka. 
Hal ini yang digambarkan Kimberle Crenshaw 30 tahun yang lalu (1989) dengan istilah yang dikenal dengan nama intersectionality, yang lebih dilihat sebagai 'suatu sistem kasta yang baru". Kita, Perempuan, mendapatkan label-label tertentu, dan memberitahukan pada kita seberapa tertindasnya kita. Teori ini digunakan oleh Crenshaw untuk menjelaskan tentang ras, kelas-kelas sosial, gender, dan karakteristik individual lainnya. Pemikiran Crenshaw bisa kita jadikan suatu cara yang baik dalam melihat kembali hal-hal yang membentuk identitas kita Perempuan Papua saat ini. Dimana posisi kita saat ini, label apa yang ingin kita sematkan pada identitas kita sebagai Perempuan Papua dengan segala realitas kehidupan kita?
Crenshaw sendiri adalah seorang profesor Perempuan kulit hitam yang menfokuskan diri pada hak sipil, ras, dan rasisme, dan teori yang dicetuskannya digunakan untuk menghapus ketidaksetaraan yang terjadi secara struktural.

 Mungkin kita perempuan Papua perlu duduk bersama untuk memilah-milah identitas -identitas atau label-label apa yang ingin kita berikan pada diri kita dan kemudian menetapkan suatu versi identitas yang merangkul semua keunikan kita dan menjadi suatu identias nasional Perempuan Papua.

Ini hanya suatu pemikiran belaka, tapi juga bagian dari usaha awal mencari bentuk identitas Perempuan Papua. Berharap bisa melanjutkan bagian (2) dari renungan ini beberapa hari mendatang....